Siapa yang tidak kenal dengan buku yang satu ini? Yapp buku
ini menghiasi kenangan kecil sebagian besar diantara kita. Buku Iqra’. Panduan
belajar baca al-Qur’an yang paling populer saat ini dan digunakan oleh banyak
Taman Pendidikan Al-Qur’an di Seluruh Indonesia. Bahkan kepopulerannya sampai
tingkat Negara-negara tetangga.
Metode ini mendapat respons positif dari Muslim
Tanah Air, bahkan dampaknya dirasakan nyata secara luas di dunia internasional,
terutama kawasan Asia Tenggara. Metode ini dinilai memiliki banyak kelebihan,
seperti kemudahan dan akurasi.
Penemuan metode dan aplikasinya tersebut mengundang decak
kagum dan minat para peneliti. Berbagai riset dan kajian berusaha mengungkap
seluk beluk metode ini. Sebagian besar berkesimpulan, bahwa metode ini efektif
mengajarkan belajar Alquran bagi para pemula.
Metode Iqro' sendiri merupakan sebuah metode belajar membaca
Alquran yang langsung menekankan untuk mengenal huruf-huruf arab (hijaiyah) dan
sekaligus latihan membaca. Buku-buku panduan Iqro' saat ini sudah dapat dengan
mudah kita jumpai dimana saja, dalam buku Iqro' tersebut terdapat 6 jilid yang
dimulai dengan tingkatan yang paling sederhana hingga sempurna. Metode Iqro'
ini sudah terbukti mampu membantu banyak orang yang ingin bisa membaca Alquran
sehingga mereka bisa membaca Alquran dengan lancar. Tapi, tahukah Anda siapa
sebenarnya pencetus metode Iqro' ini?
KH. As'ad Humam
Beliau adalah Kyai Haji As'ad bin Humam, beliaulah yang
mempelopori metode belajar membaca Alquran cepat dengan metode Iqro'. K.H.
As'ad Humam lahir di Yogyakarta pada tahun 1933 dan wafat pada 2 Februari 1996
di usia beliau yang ke-63 tahun. Pada usia remaja, beliau mengalami pengapuran
dini yang membuatnya sulit bergerak seperti orang-orang pada umumnya. Beliau menjalani perawatan di Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta selama satu setengah tahun.
Penyakit inilah yang dikemudian hari membuat As’ad Humam tak
mampu bergerak secara leluasa sepanjang hidupnya. Hal ini dikarenakan sekujur
tubuhnya mengejang dan sulit untuk dibungkukkan. Dalam keseharian, sholatnya
pun harus dilakukan dengan duduk lurus, tanpa bisa melakukan posisi ruku’
ataupun sujud. Bahkan untuk menengok pun harus membalikkan seluruh tubuhnya.
Beliau juga bukan seorang akademisi atau kalangan terdidik lulusan Pesantren
atau Sekolah Tinggi Islam, beliau hanya lulusan kelas 2 Madrasah Mualimin
Muhammadiyah Yogyakarta (Setingkat SMP).
Nama asli dari KH As’ad Humam hanyalah As’ad saja, sedangkan
nama Humam yang diletakkan dibelakang adalah nama ayahnya, H Humam Siradj. KH
As’ad Humam (alm) tinggal di Kampung Selokraman, Kotagede Yogyakarta. Ia adalah
anak kedua dari 7 bersaudara. Darah wiraswasta diwariskan benar oleh orang tua
mereka, terbukti tak ada satu pun dari mereka yang menjadi Pegawai Negeri
Sipil. KH Asad Humam sendiri berprofesi sebagai pedagang imitasi di pasar
Bringharjo, kawasan Malioboro Yogyakarta.
Penemuan Metode Iqra
Profesi sebagai pedagang mengantarnya berkenalan sekaligus berguru dengan
KH Dachlan Salim Zarkasyi. Berawal dari silaturahim ini kemudian KH As’ad Humam
mengenal metode Qiroati, satu dari sekian metode baca Alquran yang sudah eksis
lebih dulu.
Dari Qiroati ini pula kemudian muncul gagasan-gagasan KH
As’ad Humam untuk mengembangkannya supaya lebih mempermudah penerimaan metode
ini bagi santri yang belajar Al Quran. Mulailah KH As’ad Humam bereksperimen,
dan hasilnya kemudian ia catat, dan ia usulkan kepada KH Dachlan Zarkasyi.
Namun gagasan-gagasan tersebut seringkali ditolak oleh KH
Dachlan Salim Zarkasyi, terutama untuk dimasukkan dalam Qiroati, karena
menurutnya Qiroati adalah inayah dari Allah sehingga tidak perlu ada perubahan.
Hal inilah yang pada akhirnya menjadikan kedua tokoh ”berkonflik”. Sehingga pada
akhirnya muncullah gagasan KH As’ad Humam dan Team Tadarus Angkatan Muda Masjid
dan Mushalla (Team Tadarus “AMM”) Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan
pengembangan penggunaan cara cepat belajar membaca Al-Qur’an melalui metode
Iqro.
Pada awalnya, pengembangan metode Iqro yang digagas oleh KH
As’ad Humam ini hanya perantaraan dari mulut ke mulut atau ‘getok tular’, namun
karena ketekunan KH As’ad, metode Iqro mampu dikembangkan secara luas dan
diterima baik oleh masyarakat di Indonesia bahkan di dunia internasional,
dengan dibantu aktivis yang tergabung dalam Team Tadrus AMM Yogyakarta.
Menuai Pujian
Banyak para penguji mencoba mengadakan pengujian terhadap
keakuratan metode ini. Ternyata hasilnya membuktikan, selain sederhana, metode
iqro sangat mudah untuk mempelajari Al-Qur’an. Singkatnya, setelah melalui
studi banding dan ujicoba tersebut, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H,
bertepatan dengan tanggal 16 Maret 1988, didirikanlah Taman Kanak-Kanak
Al-Qur’an (TKA) AMM Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan
1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) AMM
Yogyakarta.
Dan pada tahun 1991 Menteri Agama RI, H Munawir Sjadzali MA,
TKA /TPA yang didirikan K.H. As’ad Humam di kampung Selokraman Kotagede Yogya
sebagai balai litbang LPTQ Nasional. Dan selanjutnya, perkembangan Iqro’ pun
meluasa tidak hanya di di Yogyakarta Dan Jawa Tengah saja namun sudah sampai ke
pelosok-pelosok tanah air dan mancanegara. Bahkan di Malaysia, metode Iqro
ditetapkan sebagai kurikulum wajib di sekolah.
Metode Iqro’ sendiri telah sering diteliti Dan dijadikan
objek penelitian. Hasilnya, efektivitas metode Iqro’ dalam pembelajaran membaca
Al-Qur’an di TKA-TPA AMM Kotagede Yogyakarta bagi anak usia TK (4,0 – 6,0
tahun) dalam waktu 6–18 bulan sudah mencapai angka 89,9% yang bisa diantarkan
memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an.
Sedang untuk anak usia SD (mayoritas usia 7,0 – 9,0 tahun)
ternyata lebih cepat lagi. Dalam waktu 12 bulan, mayoritas dari mereka (84,31%)
telah lancar membaca al-Qur’an. Waktu yang relatif cepat bila dibandingkan
dengan metode (kaidah) Baghdadiyah melalui sistem pengajian “tradisional” yang
memerlukan waktu 2–5 tahun.
Kesemuanya itu ternyata mampu menggairahkan kembali umat
Islam untuk mempelajari Al-Quran. Bahkan dari data yang ada pada Balai
Penelitan dan Pengembangan (Balitbang) Lembaga Pengajaran Tartil Quran (LPTQ)
Nasional di Yogyakarta, tercatat pada tahun 1995 diseluruh Indonesia kurang
lebih telah tumbuh unit-unit TKA-TPA sebanyak 30.000 unit dengan santri
mencapai 6 juta anak (Balitbang LPTQ Nasional: 1995). Tak hanya di dalam
negeri, buku Iqro ini juga sudah dipakai di luar negeri seperti negeri Jiran
Malaysia, Singapura, Bruney Darussalam, Arab Saudi, bahkan Amerika.
Sebenarnya selain metode Iqro dan penyusunnya, masih banyak
metode yang lain dari cara belajar membaca Al-Quran seperti metode Qiroati,
Hattaiyyah, metode Kamali, serta metode Al Barqy. Hanya saja yang paling
berpengaruh terhadap masyarakat serta paling banyak digunakan adalah metode
Iqro. Berkat disusunnya metode Iqro ini, kemudian dibarengi dengan munculnya
gerakan TK Al Quran, akhirnya seluruh tanah air Indonesia telah mengalami
gairah baru dalam mempelajari membaca Al Quran.
Akhir Perjalanan
Kini, K.H. As’ad Humam telah meninggalkan kita untuk
selamanya. Pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun, beliau dipanggil
Allah SWT. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada bulan Ramadhan hari
Jum’at (2/2) sekitar Pukul 11:30. Jenazah KH. As’ad Humam dishalatkan di mesjid
Baiturahman Selokraman Kota Gede Yogya tempat ia mengabdi.
Meskipun beliau
hanya mampu menempuh kelas 2 di Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta atau
setara dengan SMP, namun gelar pahlwan sangatlah layak disematkan pada beliau
ini yang berjuang dengan pemikiran-pemikirannya dalam melestarikan Alquran.
Semoga Iqro menjadi ilmu yang bermanfa’at dan menjadi amalan
yang tidak pernah putus untuk KH. As’ad Humam dan menambah kebaikan beliau di
sisi Allah SWT. Aamiin.
Referensi :
-http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/16/02/07/o26fw91-kh-asad-humam-sang-kakek-penemu-metode-iqro
-http://rohis-facebook.blogspot.co.id/2013/09/siapa-kh-asad-humam-kakek-dibalik.html
-http://www.makintau.com/2015/12/sejarah-lahirnya-metode-iqro-untuk-belajar-membaca-alquran.html
-http://www.imgrum.org/media/1394969599095600255_1592239826
No comments:
Post a Comment