Wahabi
lebih tepatnya Wahhabisme (Arab: وهابية, Wahhābiyah) atau Salafi adalah
sebuah aliran reformasi keagamaan dalam Islam. Aliran ini berkembang oleh
dakwah seorang teolog Muslim abad ke-18 yang bernama Muhammad bin Abdul Wahhab
dari Najd, Arab Saudi, yang bertujuan untuk membersihkan dan mereformasi ajaran
Islam kembali kepada ajaran yang sesungguhnya, berdasarkan kepada Qur'an dan
Hadis, dari "ketidakmurnian" seperti praktik-praktik bidah, syirik
dan khurafat.
Istilah
Wahabi sebenarnya bukan istilah baku dalam literatur Islam. Dan penisbahan
istilah wahabi kepada sebagian umat Islam pun kurang objektif. Meski istilah
`wahabi` bila kita runut dari asal, memang mengacu kepada tokoh sentralnya
yakni Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Al-Najdi (1115-1206 H atau
1703-1791 M). Menurut seorang penulis berkebangsaan Saudi, Abdul Aziz Qasim dan
yang lainnya, yang pertama kali memberikan julukan Wahabi kepada dakwah ibnu
Abdul Wahhab adalah Kekhalifahan Ottoman, kemudian bangsa Inggris mengadopsi
dan menggunakannya di Timur Tengah.
Namun para
pendukung dakwah beliau umumnya menolak bila dikatakan bahwa gerakan mereka
adalah gerakan wahabiyah. mereka juga menolak penyematan nama individu,
termasuk menggunakan nama seseorang untuk menamai aliran mereka. Justru mereka
lebih sering menggunakan istilah ahlisunnah wal jamaah atau dakwah salafiyah.
Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz berkata: “Penisbatan (Wahabi) tersebut tidak sesuai dengan
kaidah bahasa Arab. Semestinya kalaupun harus ada faham baru yang dibawa oleh
Al-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bentuk penisbatannya adalah
‘Muhammadiyyah’, karena sang pengemban dan pelaku dakwah tersebut adalah
Muhammad, bukan ayahnya yang bernama Abdul Wahhab.”
Istilah
"Wahabi" dan "Salafi" sering digunakan secara bergantian,
yang membuat orang biasanya bingung apakah dua istilah itu mengacu pada satu
hal yang sama, ataukah keduanya merupakan dua hal yang berbeda ? Jawabnya : Ya,
mereka adalah suatu kesatuan, wahabi adalah salafi dan salafi adalah wahabi.
Yang membedakan, Wahabi atau salafi ini ( selanjutnya akan kita sebut wahabi )
tidak akan pernah mau disebut sebagai wahabi, seperti yang telah di sebutkan di
atas. Wahabi adalah sejenis “panggilan” atau sebutan orang-orang di luar mereka,
dan secara khusus lagi oleh kaum Syiah dan media-media non Islam atau sekuler.
Sebelum kita telaah lebih jauh ada baiknya kita runut mulai dari akarnya
terlebih dahulu.
Pokok
Ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab lahir di 'Uyainah dan belajar Islam dalam mazhab
Hambali. Beliau telah menghafal Alquran sejak usia 10 tahun. Dakwah beliau
banyak disambut ketika beliau datang di Dar`iyah, bahkan beliau dijadikan guru
dan dimuliakan oleh penguasa setempat saat yaitu pangeran (amir) Muhammad bin
Su`ud yang berkuasa 1139-1179H. Oleh amir, dakwah beliau ditegakkan dan
akhirnya menjadi semacam gerakan nasional di seluruh wilayah Saudi Arabia
hingga hari ini.
Sosok
Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi pelopor gerakan ishlah (reformasi). Sosok
beliau muncul menjelang masa-masa kemunduran dan kebekuan berpikir pemikiran
dunia Islam, yaitu sekitar 3 abad yang lampau atau tepatnya pada abad ke-12
hijriyah. Dakwah ini menyerukan agar akidah Islam dikembalikan kepada pemurnian
arti tauhid dari syirik dengan segala manifestasinya.
Sementara
fenomena umat saat itu sungguh memilukan. Mereka telah menjadikan kuburan
menjadi tempat pemujaan dan meminta kepada selain Allah. Kemusyrikan telah
merajalela dan merata di hampir semua penjuru negeri. Bid`ah, khurafat dan
takhayyul menjadi makanan sehari-hari. Dukun berkeliaran ke sana ke mari,
ramalan-ramalan dari setan sangat digemari, sihir menjadi aktifitas umat, ilmu
gaib seolah menjadi alternatif untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam
kehidupan umat Islam.
Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahhab saat itu bangkit mengajak dunia Islam untuk sadar
atas kebobrokan akidah ini. Beliau menulis beberapa risalah untuk menyadarkan
masyarakat dari kesalahannya. Salah satunya adalah kitabut-tauhid, yang hingga
kini masih menjadi rujukan banyak ulama di bidang akidah.
Dakwah
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab ini kemudian melahirkan gerakan umat yang
aktif menumpas segala bentuk khurafat, syirik, bid`ah dan beragam hal yang
menyeleweng dari ajaran Islam yang asli. Mereka melarang membangun bangunan di
atas kuburan, juga mengharamkan untuk menyelimuti kuburan atau memasang lampu
di dalamnya. Mereka juga melarang orang meminta kepada kuburan, orang yang
sudah mati, dukun, peramal, tukang sihir dan tukang teluh. Mereka juga melarang
tawassul dengan menyebut nama orang saleh seperti kalimat bi jaahirrasul atau
keramatnya syeikh Fulan dan Fulan.
Dakwah
beliau lebih tepat dikatakan sebagai dakwah salafiyah. Dakwah ini telah
membangun umat Islam di bidang akidah yang telah lama jumud (beku) akibat
kemunduran akidah umat. Dakwah beliau sangat memperhatikan pengajaran dan
pendidikan umum serta merangsang para ulama dan tokoh untuk kembali membuka
literatur kepada buku induk dan maraji` yang mu`tabar, sebelum menerima sebuah
pemikiran. Sebenarnya mereka tidak pernah mengharamkan taqlid, namun meminta
agar umat ini mau lebih jauh meneliti dan merujuk kembali kepada nash-nash dan
dalil dari Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam serta
pendapat para ulama salafus shalih.
Oleh banyak
kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor kebangkitan pemikiran di dunia
Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah, Pan Islamisme-nya Jamaluddin
Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan gerakan lainnya di benua India. Paling
tidak, masa hidup Muhammad bin Adbul Wahhab lebih dahulu dari mereka semua.
Dalam penjulukan yang kurang tepat, gerakan ini sering dijuluki dengan wahabi.
Namun istilah ini tidak pernah diterima oleh mereka yang ikut mengembangkan
dakwah salafiyah.
Demikian
sekelumit tentang gerakan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Maka dengan
demikian, sesungguhnya dakwah ini juga dakwah ahlisunnah wal jamaah. Sebab
tetap berpegang kepada sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan juga
para jemaah (sahabat ridhwanullahi 'alaihim). Para pendiri dakwah ini umunya
bermazhab fiqih dengan mazhab Al-Hanabilah, jadi tidak benar kalau dikatakan
mereka anti mazhab. Namun memang mereka tidak selalu terikat dengan mazhab
tersebut dalam fatwa-fatwanya. Terutama bila mereka menemukan dalil yang lebih
rajih. Oleh karena itu dakwah mereka sering disebut La Mazhabiyyah, namun
sebenarnya lebih kepada masalah ushul, sedangkan masalah furu`nya, mereka tetap
pada mazhab Al-Hanabilah.
Dakwah ini
jelas-jelas sebuah dakwah ahlisunnah wal jamaah serta berpegang teguh
dengannya. Mereka menyeru kepada pemurnian tauhid dengan menuntut umat agar
mengembalikan kepada apa yang dipahami oleh umat Islam generasi pertama.
Sedangkan bila dikatakan bahwa dakwah ini mengharamkan ziarah kubur, sebenarnya
tidak juga. Sebab mereka pun mengakui bahwa ziarah kubur itu ada masyru'iyahnya
dari syariat Islam. "Dahulu Aku (Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam)
melarang kalian ziarah kubur, namun sekarang silahkan berziarah kubur."
(HR Muslim dan merupakan hadits Shahih dan terdapat dalam syarah imam Nawawi).
Hanya saja
mereka agak lebih berhati-hati, agar jangan sampai niat ziarah yang baik itu
dirusak dengan praktek-praktek yang diharamkan. Seperti meminta doa dari ahli
kubur, meminta keberkahan, minta diselamatkan, minta dilindungi, minta jodoh,
rezeki dan sebagainya. Sebenarnya praktek seperti inilah yang mereka takutkan.
Dan memang praktek seperti ini tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Sebab
tempat meminta itu hanya kepada Allah Ta'ala saja, bukan kepada kuburan.
Yang
Berlebihan
Memang ada
sebagian dari orang yang mengaku sebagai penerus dakwah wahabi, namun
berperilaku agak kurang bijak. Namun kami menganggap ini sebagai kasus yang
bersifat pribadi. Misalnya sering kita dengar adanya makian dan umpatan dari
mereka kepada orang-orang yang masih awam, atau tuduhan sebagai ahli bid'ah.
Sayangnya semua itu dilakukan di muka umum, atau di pengajian-pengajian, bahkan
termasuk di situs-situs yang dibaca orang secara umum.
Padahal
mungkin maksudnya baik, namun ketika caranya dilakukan dengan cara yang kurang
simpatik, justru orang-orang semakin menjauh. Pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa
untuk mengubah sikap dan tindakan seseorang, tidak harus selalu dengan cara
hukuman, cacian, ejekan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Sebab secara
fitrah, seorang yang dipojokkan dan diperlakukan dengan cara kurang
menyenangkan justru akan melakukan resistensi. Alih-allih mau mendengarkan
nasihat, malah akan semakin menjauh.
Mungkin
kalau diterapkan cara 'kasar' seperti itu kepada orang arab di padang pasir
yang punya karakter tertentu, bisa efektif. Kira-kira sama perlakuan kita
kepada unta, bila dipukul baru mau jalan. Tetapi umat Islam di luar padang
pasir itu bukan unta. Mereka adalah manusia yang harus dihormati dan dihargai
perasaaan dan harga dirinya.
Mengapa
tidak digunakan bahasa yang lembut, simpatik, sopan dan manusiawi? Mengapa
harus dengan cara mencaci maki dan menyinggung perasaan orang? Mengapa harus
mengatai-ngatai para ulama yang kebetulan berbeda pendapat dengannya dengan
gelar paling buruk? Seperti menulis buku tentang Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardawi
yang disebut dalam judulnya sebagai 'anjing' (maaf)? Padahal bukankah tujuannya
untuk berdakwah?
Tindakan
konyol seperti ini jelas tidak akan mengundang simpati umat Islam, bahkan akan
semakin mencoreng nama Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri. Dan yang pasti, ulama
sekelas beliau pasti tidak suka melihat pengikutnya bersikap memalukan seperti
itu. Namun sekali lagi kami tegaskan bahwa akhlak buruk seperti ini bukan
cerminan dakwah Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Namun hanya
kasus yang mungkin terjadi pada siapa pun juga.
Rahasia
Wahabi
Fakta yang
tidak terbantahkan, bahwa ada penghancuran situs-situs Islam secara Masif untuk
membayar semua pemikiran-pemikiran wahabi itu. Anda tidak akan mendapati berita-berita
seperti ini di situs-situs milik wahabi.
Awal
pembongkaran situs dimulai pada tahun 1806, ketika tentara Pertama Wahabi
Negara Saudi menduduki kota Madinah dan secara sistematis mereka meratakan
berbagai situs di Pemakaman Jannat al-Baqi. Ini adalah situs pemakaman luas
yang berdekatan dengan Masjid Nabi (Al-Masjid al-Nabawi), sisa-sisa peninggalan
rumah Keluarga Nabi Muhammad Saw, para sahabat
dan tokoh sentral di awal sejarah Islam. Orang-orang Turki Ottoman
terkadang lebih toleran dan mereka mendirikan makam sederhana di pemakaman
Al-Baqi. Makam-makam ini diratakan secara total, termasuk masjid-masjid di
seluruh kota, dan yang juga tidak luput menjadi sasaran penghancuran mereka
adalah makam Nabi Muhammad Saw.
Jannatul Baqi' Sebelum dihancurkan |
Meluasnya suara kritik terhadap aksi terakhir
kelompok Wahabi oleh masyarakat Muslim yang jauh seperti India, akhirnya mereka
berhenti melakukan penghancuran dan menyebabkan situs-situs ini terabaikan
begitu saja. Klaim politik yang dilakukan Ottoman terhadap wilayah Turki
memprakarsai terjadinya peperangan antara Ottoman dan Saudi (1811-1818) di mana
Saudi mendapatkan kekalahan sehingga kelompok Wahabi dipaksa mundur dari Hijaz
kembali ke daerah pedalaman. Pasukan Turki memegang kembali kontrol terhadap
wilayah tersebut dan kemudian kembali dimulai pembangunan situs-situs suci
antara tahun 1848 dan 1860, banyak sekali pembangunan selesai dilakukan dengan
menggunakan contoh terbaik desain Ottoman.
Kampanye suku Ibn Saud yang berhasil
melahirkan Kerajaan Saudi saat ini memimpin sekali lagi sehingga dominasi
Wahabi atas Kota suci dan sekitarnya semakin kuat. Ibn Saud bersama dengan
tentaranya memasuki Mekah pada tahun 1925 dan dirinya diresmikan sebagai Raja
Hijaz pada tahun berikutnya. Kelompok Wahabi sekali lagi menerapkan
interpretasi literal terhadap teks-teks tradisional dan mulai beraksi
menghancurkan situs. Pada tanggal 21 April 1925 hingga hari ini pemakaman dan
kubah di Al-Baqi di Madinah kembali diratakan dan begitu juga dengan
lokasi-lokasi tempat istirahat (rumah) keluarga Muhammad dan keturunannya.
Beberapa bagian dari qasidah terkenal al-Burda, yang ditulis oleh Imam Muhammad
al-Busiri (1211-1294) pada abad ke-13 untuk memuji Nabi Muhammad Saw, yang
tertulis cukup lama di atas makam Muhammad Saw turut dihilangkan.
Di Mekah,
makam orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan Nabi Muhammad Saw,
termasuk istri pertamanya Khadijah binti Khuwaylid dan kakeknya Shaybah Ibnu
Hashem Ibn Abd Al-Manaaf di Pemakaman Al-Ma'ala
mereka hancurkan bersama dengan
kubah-kubah dan pintu gerbang yang meliputi Sumur Zamzam dalam batas-batas
Haram yang terletak di sebrang Ka'bah
Di antara situs-situs tertentu yang menjadi
target penghancuran saat ini adalah makam para syuhada Perang Uhud, termasuk
makam terkenal Sayyidina Hamzah bin Abd al-Muththalib, paman Nabi Muhammad Saw
dan salah satu pendukungnya yang paling beliau cintai, Masjid Fatimah Al
Zahraa, putri Nabi Muhammad, Masjid Dua Mercusuar (Manaratayn) serta Qubbat
Al-Thanaya, sebuah kubah yang dibangun sebagai tempat pemakaman gigi seri Nabi
Muhammad Saw yang rusak terkena pukulan selama pertempuran Uhud.
Stabilitas politik di dalam Kerajaan dan
aliran kekayaan minyak, jumlah jamaah haji yang demikian besar yang belum
pernah terjadi sebelumnya telah menginspirasi dilakukannya renovasi dan
perluasan di dua kota suci Makkah dan Madinah di bawah Raja kedua Abdul Aziz
dan putranya Raja Fahd Ibnu Abdulaziz. Program ekspansi tersebut “menuntut”
pemerataan daerah-daerah pemukiman dan akibatnya banyak sekali contoh-contoh
arsitektur tradisional yang bagus hilang dari perkotaan Hejazi. Lebih penting
lagi, dalam rangka memperluas area Masjid Al-Haram di Makkah, kolom bersejarah
dan kubah serambi bertiang yang dibangun selama masa Ottoman harus dihancurkan,
menghapus contoh-contoh desain terbaik Turki Ottoman.
Di Madinah, Mashrubat Umm Ibrahim, rumah istri
Koptik Mesir Muhammad Mariah dan tempat kelahiran putra mereka Ibrahim, serta
situs pemakaman Hamidah al-Barbariyya, ibu Imam Musa al-Kadhim turut hancur
selama masa ini. Situs-situs itu diratakan dan saat ini menjadi bagian dari
lapangan terbuka marmer besar di samping Masjid.
Dekade pertama abad baru telah memperlihatkan
proyek pemusnahan terbesar terhadap situs-situs bersejarah Islam. Pembongkaran
telah dimulai (belum selesai) terhadap
"Tujuh Masjid Madinah,";
Fatimah (putri dari Mohammad), Ali bin Abi Thalib (sepupu, anak mertua
dan Khalifah keempat), Salman al Farisi (Sahabat) , Abu Bakar (Sahabat), Umar
Ibn al-Khattab (Sahabat), Masjid Al-Fateh (dibangun di sebuah tempat di mana
Nabi Muhammad Saw mengatakan bahwa Quran diwahyukan kepadanya di tempat
tersebut) dan Masjid Dua Qiblat (Qiblatayn).
Rumah Khadijah binti Khuwaylid di Makkah juga
dihancurkan dan diaspal dan sempat terdengar beberapa protes publik atas
dibangunnya gedung toilet umum di situs yang sama. Demikian pula nasib rumah
tempat lahir Nabi Muhammad Saw diubah menjadi perpustakaan dan direncanakan
akan dibongkar kembali sebagai bagian dari proyek perluasan area Masjid Al
Haram.
BACA JUGA : Simbol Iblis Di Saudi
-http://mozaik.inilah.com/read/detail/2364630/jangan-nyinyir-sebelum-paham-apa-itu-wahabi
-https://id.wikipedia.org/wiki/Wahhabisme
-https://pangutangans.wordpress.com/2012/09/10/kehancuran-situs-situs-sejarah-islam-berkat-jasa-kaum-wahabi/
-http://tourmazhab.blogspot.co.id/2014/07/awal-penghancuran-situs-situs.html
No comments:
Post a Comment