Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari (W. 1227 H) atau
lengkapnya Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdurrahman Al-Banjari
merupakan salah seorang ulama besar Nusantara, ulama faqih fi ad-din dengan
segudang pengetahuan yang sangat berjasa dan sangat berpengaruh. Beliau
memiliki banyak guru dan memiliki banyak karya monumental yang menjadi rujukan
umat Islam. KH. Sirojuddin Abbas memasukkan beliau dalam buku “Thabaqatus
Syafi’iyyah” Ulama-ulama Syafi’I dan kitab-kitabnya dari abad ke abad sebagai
bagian dari ulama bermadzhab Syafi'i. Syaikh Muhammad Arsyad juga disebut
sebagai pelopor pengajaran hukum-hukum Islam di wilayah Kalimantan Selatan.
Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari dilahirkan pada hari
Kamis, 25 Syafar 1122 H bertepatan dengan tanggal 19 Maret 1710 M. Ayahnya
bernama Abdullah bin Abu Bakar bin Abdurrasyid (Abdul Harits) bin Abdullah.
Ibunya bernama Aminah. Keluarga tersebut tinggal di Kampung Lok Gabang,
sekarang termasuk wilayah Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, dekat dengan
Kota Martapura, Kalimantan Selatan. Pada masa itu, raja yang memerintah
Kerajaan Banjar adalah Sultan Hamidullah atau Sultan Tahmidullah bin Sultan
Tahlilullah.
Muhammad Arsyad kecil bernama Ja’far. Saudara-saudaranya,
Abidin, Zainal Abidin, Nurmein dan Nurul Amin. Selagi Syaikh Muhammad Arsyad
berada di dalam rahim ibunya, pada malam bulan Ramadhan ibu beliau beserta
suaminya mendapatkan malam penuh berkah, Lailatul Qadar.
PENDIDIKAN
Sejak kecil, Muhammad Arsyad mendapat pendidikan langsung
dari orang tuanya. Ketika beliau berumur 7 tahun, Raja Banjar yang memerintah
waktu itu, Sultan Hamidullah atau Sultan Tahlilullah sangat tertarik melihat
kelebihan Muhammad Arsyad.
Hal itu karena kecerdasan Muhammad Arsyad, bahkan
kecerdasannya termasyhur hingga ke kalangan istana, misalnya dengan
kemampuannya dalam menghafal ayat-ayat al Qur’an secara sempurna pada usia 7
atau 8 tahun. Maka tidak heran jika sultan Banjar meminta kepada kedua orang
tuanya untuk mengasuhnya di istana bersama dengan cucu-cucu keluarga kerajaan.
Kedua orang tua Muhammad Arsyad pun mengizinkan anaknya
dipelihara serta dididik di lingkungan Istana Kerajaan Banjar. Mereka tidak
keberatan dan menyerahkan anaknya dibawa ke istana. Sejak itulah Muhammad
Arsyad mendapat didikan dari para guru yang mengajar di Istana Kerajaan Banjar.
Muhammad Arsyad sangat disayangi oleh seluruh kalangan
istana karena akhlak dan budi pekertinya yang halus serta adab sopan santun
yang mulia. Setelah dewasa, sultan menikahkannya dengan wanita shalihah bernama
Bajut.
Sekalipun baru menikah, Muhammad Arsyad telah berniat untuk
pergi ke Makkah al-Mukarramah, tempat kelahiran Islam. Setelah bermusyawarah
dengan istrinya, Muhammad Arsyad kemudian meminta restu dari sultan. Sudah
barang tentu baginda amat terharu mendengar keinginannya tersebut. Setelah
sekian lama berkumpul dan membesarkannya, sekarang harus berpisah. Namun
mengingat cita-cita luhurnya, masa depan agama serta Masyarakat Banjar
khususnya, baginda akhirnya merelakan kepergian Muhammad Arsyad untuk pergi
menuntut ilmu.
Di Makkah, Muhammad Arsyad mendapat kesempatan mempelajari
disiplin ilmu agama, hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk belajar. Muhammad
Arsyad termasuk ulama yang memiliki pandangan yang seimbang (moderat) antara
ilmu syari’at dan ilmu hakikat.
GURU-GURU BELIAU
Muhammad Arsyad mendapat kesempatan mengaji dan belajar
beberapa disiplin ilmu kepada para Masyayikh, para ulama yang masyhur pada masa
itu, di antaranya adalah :
1. 'Alimul
‘Allamah Syeikh Atha’illah bin Ahmad al-Mishri al-Azhari, di Makkah.
2. Syaikh al-Islam
Imam al-Haramain ‘Alimul ‘Allamah Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi, di
Madinah.
3. Khusus dalam
bidang Tasawuf, Muhammad Arsyad belajar kepada Sayyid al-Arif Billah Syeikh
Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiry al-Hasani, yang masyhur dikenal dengan nama
Syaikh Muhammad Samman al-Madany, di Madinah.
4. Syaikh Ahmad
bin Abdul Mun’im ad-Damanhuri.
5. Syaikh Sayyid
Abi al-Faidl Muhammad Murtadha bin Muhammad az-Zabidy.
6. Syaikh Hasan
bin Ahmad Akisy al-Yamany.
7. Syaikh Salim
bin Abdullah al-Bashry.
8. Syaikh Shiddiq
bin Umar Khan.
9. Syaikh Abdullah
bin Hijazi asy-Syarqawy.
10. Syaikh
Abdurrahman bin Abdul Aziz al-Maghrabi
11. Syaikh Sayyid
Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal.
12. Syaikh Abdurrahman
bin Abdul Mubin al-Fathani. Beliau adalah seorang sahabat karib Syaikh Muhammad
Samman al-Madany, bahkan makam beliau bersebelahan dengan makam Syaikh Muhammad
Samman al-Madany.
13. Syaikh Abdul
Ghani bin Syeikh Muhammad Hillal.
14. Syaikh Abid
as-Sandi.
15. Syaikh Abdul
Wahhab ath-Thanthawy.
16. Syaikh Maulana
Sayyid Abdullah Mirgani.
17. Syaikh
Muhammad bin Ahmad al-Jauhari.
18. Syaikh
Muhammad Zain bin Faqih Jalaluddin Aceh, pengarang Kitab Bidayatul Hidayah.
Disamping itu, ada beberapa ulama yang banyak mengeluarkan
sanad, silsilah kitab atau ilmu yang diajarkan, di antaranya:
1. Syaikh Sayyid
Abi al-Faidl Muhammad Murtadha bin Muhammad az-Zabidy.
2. Syaikh Sayyid
Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal.
3. Syaikh Salim
bin Abdullah al-Bashry.
4. Syaikh Hasan
bin Ahmad Akisy al-Yamany.
Dalam bidang Tasawuf, Muhammad Arsyad mendapat bimbingan
langsung khalwatnya dari Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al-Qadiry al-Hasani
as-Samman al-Madany, dan mendapat ijazah serta kedudukan sebagai khalifah.
PARA SAHABAT BELIAU
Para sahabatnya selama menuntut ilmu dan bermudzakarah dalam
berbagai bidang ilmu di antaranya adalah:
1. Syaikh Abdush-Shamad, Palembang
2. Syaikh
Abdurrahman Masri, Banten.
3. Syaikh Daud bin
Abdullah al-Fathani.
4. Syaikh Muhammad
Shaleh bin Umar as-Samarani, Semarang.
5. Syaikh Abdul
Wahab Sadengreng Bunga Wardiyah Bugis, yang terkenal dengan Abdul Wahab Bugis,
selain menjadi sahabat, juga menjadi salah seorang menantu Syaikh Muhammad
Arsyad al-Banjari.
Selain mereka tersebut di atas, masih ada lagi sahabat
Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari yang bernama Syaikh Abdush Shamad Sirajul
Huda, yang masyhur dengan sebutan Datu Sanggul. Bahkan ada pula sahabat
sekaligus murid Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari selama di Makkah, yang ikut
pulang ke Indonesia. Sahabat ini berasal dari bangsa jin yang masyhur dikenal
dengan nama Badekok al-Mina atau Datu Boddok.
KARYA-KARYA BELIAU
Syaikh Muhammad
Arsyad al-Banjari banyak membuat tulisan, baik berupa lembaran maupun kitab
dalam berbagai bidang ilmu seperti Tauhid, Fiqih, Tasawuf dan lainnya. Di
antara kitab-kitab yang ditulisnya adalah:
1. Kitab Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman
al-Mu’minin wa ma Yufsiduhu Riddah ar-Murtaddin, diselesaikan tahun 1188 H/1774
M. Kitab ini telah di alihbahasakan ke
dalam Bahasa Indonesia, berisi tiga bab dan khatimah, berbicara penguraian
masalah Aqidah, kepercayaan yang haq dan bathil atau hakikat iman yang benar,
serta hal-hal yang bisa merusak iman.
Sebagian orang meragukan apakah kitab ini asli karya Syaikh
Muhammad Arsyad al-Banjari, hal ini disebabkan isinya relatif dianggap bertolak
belakang dengan adat kepercayaan sebagian masyarakat Kalimantan. Namun beberapa
bukti, menunjukkan bahwa kitab tersebut benar-benar karya Syaikh Muhammad
Arsyad Al-Banjari, diantaranya adalah
(1). tulisan
Syaikh Daud bin Abdullah al-Fathani, dikatakan “Maka disebut oleh yang empunya
karangan Tuhfatur Raghibin fi Bayani Haqiqati Imanil Mu’minin bagi `Alim
al-Fadhil al-’Allamah Syeikh Muhammad Arsyad.”
(2). tulisan
Syaikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari dalam Syajaratul Arsyadiyah, “Maka
mengarang Maulana (maksudnya Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari, pen:) itu
beberapa kitab dengan bahasa Melayu dengan isyarat sultan yang tersebut,
seperti Tuhfatur Raghibin …” Pada halaman lain, “Maka Sultan Tahmidullah Tsani
ini, ialah yang disebut oleh orang Penembahan Batu. Dan ialah yang minta
karangkan Sabilul Muhtadin lil Mutafaqqihi fi Amrid Din dan Tuhfatur Raghibin
fi Bayani Haqiqati Imani Mu’minin wa Riddatil Murtaddin dan lainnya kepada
jaddi (Maksudnya: datukku, pen al-’Alim
al-’Allamah al-’Arif Billah asy-Syeikh Muhammad Arsyad bin `Abdullah
al-Banjari.”
(3) Kitab cetakan
Istanbul, yang kemudian dicetak kembali oleh Mathba’ah Al-Ahmadiah, Singapura
tahun 1347 H, yaitu cetakan kedua dinyatakan, “Tuhfatur Raghibin … ta’lif
al-’Alim al-’Allamah asy-Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari.” Di bawahnya
tertulis, “Telah ditashhihkan risalah oleh seorang daripada zuriat muallifnya,
iaitu `Abdur Rahman Shiddiq bin Muhammad `Afif mengikut bagi khat muallifnya
sendiri …”. Di bawahnya lagi tertulis, “Ini kitab sudah cap dari negeri
Istanbul fi Mathba’ah al-Haji Muharram Afandi”. Dan terakhir
(4), Mahmud bin
Syeikh `Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari mencetak kitab Tuhfah ar-Raghibin itu
disebutnya sebagai cetakan yang ketiga, dan nama Syeikh Muhammad Arsyad bin
`Abdullah al-Banjari tetap dicantumkan sebagai pengarangnya.
2. Kitab Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa
an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H/1778 M. Kitab ini adalah kitab
yang menguraikan hukum-hukum mengenai masalah kewanitaan.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din,
diseselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H/1780 M. Kitab ini sangat
masyhur bahkan sampai ke luar negeri seperti Malaysia, Brunei Darussalam,
Fathani dan lainnya. Kitab ini berisi tentang masalah Ilmu Fiqih, ditulis
sekitar tahun 1192H atau 1777M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis
22 Rabiulawal 1196 H/1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah. Kitab ini menguraikan tentang
hukum-hukum pernikahan.
6. Kitab Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah, kitab yang menguraikan tentang Ilmu
Tasawuf atau Ilmu Hakikat Pengendalian Diri dan Allah.
8. Kitab Ushuluddin
9. Kitab Al-Faraidl
10. Kitab Hasyiyah Fat-h al-Wahhab
11. Kitab Mushhaf al-Quran al-Karim
12. Kitab Fathur Rahman
13. Kitab Arkanu Ta’lim As-Shibyan
14. Kitab Bulugh al-Maram
15. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
16. Kitab Tuhfah al-Ahbab
17. Khuthbah Muthlaqah Pakai Makna. Kitab ini dikumpulkan
semula oleh keturunannya, Abdur Rahman Shiddiq al-Banjari. Dicetak oleh
Mathba’ah Al-Ahmadiah, Singapura, tanpa dinyatakan tarikh cetak.
18. Fatawa Sulaiman Kurdi.
19. Kitab Ilmu Falaq.
WAFATNYA BELIAU
Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari wafat hari Selasa, 6
Syawal 1227 H bertepatan dengan tanggal 13 Oktober 1812 M. Dimakamkan di Desa
Kalampayan, tidak jauh dari makam orang tuanya, dan kurang lebih 7 km dari
tempatnya membangun pesantren.
KETURUNAN BELIAU
Dzurriyaat (anak dan cucu) beliau banyak sekali yang menjadi
ulama besar, pemimpin-pemimpin, yang semuanya teguh menganut Madzhab Syafi’i
sebagai yang di wariskan oleh Syaikh Muhammad Arsyad Banjar. Diantara dzurriyat
beliau yang kemudian menjadi ulama besar turun temurun adalah :
1 . H. Jamaluddin,
Mufti, anak kandung, penulis kitab “perukunan Jamaluddin”.
2. H. Yusein, anak
kandung, penulis kitab “Hidayatul Mutafakkiriin”.
3. H. Fathimah
binti Arsyad, anak kandung, penulis kitab “Perukunan Besar”, tetapi namanya
tidak ditulis dalam kitab itu.
4. H. Abu Sa’ud,
Qadhi.
5. H. Abu Naim,
Qadhi.
6. H. Ahmad,
Mufti.
7. H. Syahabuddin,
Mufti.
8. H.M. Thaib,
Qadhi.
9. H. As’ad,
Mufti.
10. H. Jamaluddin
II., Mufti.
11. H. Abdurrahman
Sidiq, Mufti Kerajaan Indragiri Sapat (Riau), pengarang kitab “Risalah amal
Ma’rifat”, “Asranus Salah”, “Syair Qiyamat”, “Sejarah Arsyadiyah” dan lain
lain.
12. H.M. Thaib bin
Mas’ud bin H. Abu Saud, ulama Kedah, Malaysia, pengarang kitab “Miftahul
jannah”.
13. H. Thohah
Qadhi-Qudhat, penbina Madrasah “Sulamul ‘ulum’, Dalam Pagar Martapura.
14. H.M. Ali
Junaedi, Qadhi.
15. Gunr H. Zainal
Ilmi.
16. H. Ahmad
Zainal Aqli, Imam Tentara.
17. H.M. Nawawi,
Mufti.
Semua yang disebutkan diatas menjadi ulama dan telah
berpulang ke rahmatullah. Namun masih banyak lagi, seperti yang belakangan
banyak dikenal sebagai ahli tashowuf dan waliyullah yakni Syaikh Zaini Abdul
Ghani (Mbah Ijai atau Guru Sekumpul).
No comments:
Post a Comment