Menuntut ilmu ke Damaskus
Ketika beliau berumur 19 tahun ayah
beliau mengajaknya ke Damaskus untuk melanjutkan studinya. Damaskus
merupakan kota yang dipenuhi dengan para Ulama’ yang ahli dalam berbagai
bidang, bukan hanya ilmu-ilmu agama dan bahasa arab saja. Karena itulah
Damaskus menjadi salah satu tujuan utama para penuntut ilmu dari
seluruh penjuru negara Islam kala itu. Hal tersebut bisa dilihat dari
kitab Tarikh Damaskus, karya Al-Hafidh Ibnu Asakir, kitab sejarah
terbesar mengenai satu kota saja, bayangkan saja sejarah satu kota
ditulis dalam 80 jilid kitab yang berisi tentang biografi para ulama’,
budayawan, penyair dan penguasa kota Damaskus. Ini menunjukkan betapa
kota Damaskus merupakan salah satu pusat studi dalam dunia Islam.
Hal pertama yang beliau kerjakan adalah
mencari seorang guru untuk belajar, karena itu tempat pertama yang
beliau tuju adalah masjid Jami’ Umawiyah sebagaimana yang sudah menjadi
tradisi tempat pertama dituju orang asing adalah masjidnya. Disitu
beliau bertemu dengan khotib masjid tersebut, Syekh Abdul Kafi Ar-Roba’i
Ad-Damasyqi, setelah mengutarakan maksud kedatangannya ke Damaskus dan
keinginannya yang kuat untuk menuntut ilmu Syekh Abdul Kafi
menunjukkannya halaqoh mufti Syam, Tajuddin Abdurrohman bin Ibrohim bin
Dhiya’ Al-Fazari yang dikenal dengan Syekh Al-Farkah. Kemudian beliau
beliau belajar pada Syekh Al-Farkah, jadi Syekh Al-Farkah adalah guru
pertama beliau.
Selama belajar pada Syekh Al-Farkah Imam
Nawawi tidak memiliki tempat tinggal sebagaimana pelajar-pelajar lain
yang tinggal di madrasah-madrasah yang sangat banyak jumlahnya di
Damaskus. Karena itu beliau menanyakan pada Syekh Al-farkah mengenai
tempat tinggal baginya, namun Syekh Farkah hanya mengetahui madrasah
As-Shorimiyyah hanya saja madrasah itu tidak memiliki asrama tempat
tinggal para pelajarnya, kemudian Syekh Farkah menunjukkan beliau pada
Syekh Al-Kamal Ishaq Al-Maghrobi di madrasah Ar-Rowahiyah, akhirnya
disitulah beliau tinggal dengan menempati satu rumah kecil.
Ketekunan beliau dalam belajar
Beliau adalah pelajar yang tekun dan
bersungguh-sungguh dalam belajar, siang malam digunakan untuk belajar
dan tidak tidur kecuali bila mengantuk berat, beliau mengatur pembagian
waktunya dengan rapi, antara belajar pada guru-gurunya, menulis, dan
mempelajari pelajaran, bahkan saat dalam perjalanan pun beliau
mempergunakannya untuk belajar dan menghafal. Makanan yang dimakan juga
ala kadarnya, bahkan sehari-hari beliau hanya makan roti yang dibagikan
untuk para pelajar.
Pada tahun pertama belajar di Damaskus
beliau menghafalkan kitab At-Tanbih, kitab fiqih madzhab Syafi’i karya
Imam Abu Ishaq Asy-Syairozi dalam waktu 4 setengah bulan, beliau
menyetorkan hafalan kitab Tanbih ini pada Qodhil Qudhot Taqiyyuddin Abu
Abdillah Muhammad Bin Al-Husain bin Rozin As-Syafi’i yang biasa disebut
Syekh Ibnu Rozin. Lalu beliau menghabiskan tahun pertama dengan
menghafalkan seperempat awal kitab Al-Muhadzdzab yang juga karya Imam
Syairozi.
Selain itu setiap harinya beliau memiliki jadwal pelajaran tetap berikut ini ;
1. Dua pelajaran kitab Al-Wasith karya Imam Ghozali,
2. Pelajaran kitab Al-Muhadzdzab,
3. Pelajaran kitab Al-Jam’u Bainas Shohihain karya Imam Humaidi,
4. Pelajaran kitab Shohih Muslim,
5. Pelajaran kitab Al-Luma’ (ilmu nahwu) karya Syekh Abul Fath Ibnul Jani Al-Maushili,
6. Pelajaran kitab Ishlahul Mantiq,
7. Pelajaran dalam ilmu tashrif,
8. Pelajaran ushul fiqih,
9.Pelajaran mengenai perowi-perowi hadits (Asma’ur Rijal),
10.pelajaran ilmu ushuluddin (ilmu tauhid).
1. Dua pelajaran kitab Al-Wasith karya Imam Ghozali,
2. Pelajaran kitab Al-Muhadzdzab,
3. Pelajaran kitab Al-Jam’u Bainas Shohihain karya Imam Humaidi,
4. Pelajaran kitab Shohih Muslim,
5. Pelajaran kitab Al-Luma’ (ilmu nahwu) karya Syekh Abul Fath Ibnul Jani Al-Maushili,
6. Pelajaran kitab Ishlahul Mantiq,
7. Pelajaran dalam ilmu tashrif,
8. Pelajaran ushul fiqih,
9.Pelajaran mengenai perowi-perowi hadits (Asma’ur Rijal),
10.pelajaran ilmu ushuluddin (ilmu tauhid).
Kiat beliau dalam belajar kitab pada
guru-gurunya adalah memberikan catatan pada keterangan yang masih belum
dipahami atau masih merasa janggal selain itu pelajarannya ditulis
dengan jelas dan kata-kata dari kitab yang dipelajari diteliti bahasanya
dengan detail.
Guru-guru Imam Nawawi
Seorang ulama’ akan diakui apabila diketahui guru-gurunya, karena
sebagaimana seorang anab yang dinasabkan kepada orang tuanya, ilmu
seseorang bernasab kepada guru-gurunya, Imam Nawawi sendiri dalam kitab
Tahdzibul Asma’ Wal-Lughot menyatakan pentingnya mengetahui guru
seseorang karena guru adalah ayah dalam agama dan guru merupakan
perantara bagi seseorang untuk tersambung dengan tuhannya.
Sebagaiman telah dituturkan sebelumnya
guru pertama beliau adalah Mufti Syam, Syekh Ibnul Farkah, namun beliau
hanya sebentar belajar pada Syekh Al-Farkah karena beliau pindah ke
Madrasah Ar-Rowahiyah, disitu beliau belajar pada Syekh Al-kamal ishaq
Al-Maghrobi, dan pada Syekh Al-Kamal beliau banyak mengambil pelajaran
hingga Syekh Al-Kamal kagum pada ketekunan beliau dalam belajar dan tak
menggunakan waktunya untuk bergaul dengan orang, karena itulah Syekh
Al-kamal sangat menyayangi beliau dan menjadikan beliau sebagai rujukan
bagi para pelajar lain dalam halaqohnya.
Berikut ini guru-guru beliau secara rinci dalam berbagai bidang ilmu :
1.Dalam bidang ilmu-ilmu hadits (ulumul
hadits) beliau belajar kitab Ulumul hadits karya Ibnus Sholah kepada
murid-murid Ibnus Sholah. Selain itu beliau belajar kitab Asma’ur Rijal
karya Al-Hafidh Abdul Ghoni Al-Maqdisi kepada Syekh Abul Baqo’, Kholid
Bin Yusuf An-Nabulsi Al-Kamal.
2.Dalam bidang Hadits beliau belajar kitab
Shohih Muslim, sebagian besar kitab Shohih Bukhori dan sbagian kitab
Al-Jam’u Bainas Shohihain karya Imam Al-Humaidi kepada Syekh Abu Ishaq,
Ibrohim Bin Isa Al-Murodi.
Selain itu beliau juga belajar pada
Syekh Abul Faroj, Abdurrohman Bin Abu Umar Al-Maqdisiy, Syekh Ismail Bin
Abil Yusr, Abul Abbas Bin Abdud Da’im, Syekh Kholid An-Nabulsi, Syekh
Abdul Aziz bin Ahmad Bin Abdul Muhsin Al-anshori, Syekh Adh-Dhiya’ Bin
Tamam Al-hanafi, Al-hafidh Abul Fadhl Al-Bakri, Syekh Abul Fadhl Abdul
Karim Bin Abdus Shomad, Khotib kota Damaskus, Syekh Abdurrohman Bin
Salim Al-Anbariy, Syekh Abu Zakariya, Yahya Bin Abul Fath As-Shoirofiy,
Syekh Ibrohim Bin Ali Al-Wasithi dan beberapa guru lainnya.
Diantara kitab-kitab hadits yang pernah
beliau dengar pembacaannya pada guru-guru beliau adalah kutubus sittah
(6 kitab hadits induk), Al-Muwaththo’ karya Imam Malik, kitab-kitab
musnad; karya Imam Syafi’, Imam Ahmad, Imam Ad-Darimi, imam Abu ‘Awanah
dan Imam Abu Ya’la, Sunan Ad-Daruquthni, Sunan Al-Baihaqi dan Syarhus
Sunnah karya Imam Al-Baghowi.
3.Dalam bidang ilmu ushul fiqih beliau
belajar kepada beberapa Al-Qodhi Abul Fath, Umar Bin Bundar At-Taflisi
Asy-Syafi’i kitab Al-Muntakhob (Muntakhobul Mahshul Fil Ushul) karya
Imam Fakhruddin Ar-Rozi kepada dan sebagian kitab Al-Mustashfa
(Al-Mustashfa Min Ilmil Ushul) karya Imam Ghozali.
4.Dalam bidang ilmu fiqih beliau belajar
Mufti Damaskus, Syekh Ishaq Al-Maghrobi, beliau sangat ta’dhim (hormat)
pada Syekh ishaq Al-maghrobi dan beliau biasa mengisi sampai penuh wadah
air yang biasa digunakan bersuci oleh Syekh Ishaq.
Guru beliau yang lain adalah Syekh
Al-Kamal Abul Hasan Sallar Bin Al-Hasan Al-Irbili Asy-Syafi’i, Syekh
Sallar AlIrbili adalah seorang ahli fiqih madzhab Syafi’i yang belajar
fiqih pada Imam ibnus Sholah.
Beliau juga belajar pada Syekh
Syamsuddin Abdurrohman Bin Nuh Al-maqdisi Asy-Syafi’i, salah seorang
guru yang mengajar di Madrasah Ar-rowahiyah, Damaskus. Syekh Abdurrohman
Bin Nuh juga merupakan murid dari Imam Ibnus Sholah.Selain itu beliau juga belajar pada Syekh Abu Hafsh Umar Bin As’ad Bin Abu Gholib Ar-Rob’i Al-Irbili.
5.Dalam bidang ilmu bahasa arab, beliau
belajar kepada Syekh Fakhruddin Al-Maliki kitab Al-Luma’ karya Syekh
Ibnu Janniy, Abul Fath Utsman Bin Janniy An-Nahwiy. Selain itu beliau
belajar kepada Abul Abbas, Ahmad Bin Salim Al-Mishri An-Nahwiy kitab
Ishlahul Manthiq karya Syekh Ibnus Sikkit, Ya’qub Bin Ishaq, Abu Yusuf
Bin As-Sikkit, satu kitab dalam fan tashrif dan satu kitab dalam fan
fiqih.
6.Selain belajar berbagai disiplin ilmu diatas
beliau juga belajar kitab-kitab karya Imam Jamaluddin Bin Malik pada
penulisnya langsung. Beliau juga belajar kitabTafsir Baghowi, Al-Ansab
karya Imam Az-Zubairi, Al-Khotbun Nabatiyah karya Abu Ishaq Abdurrohman
Al-Faroqi, Risalatul Qusyairiyah, ‘Amalul Yaum Wallailah karya Ibnus
Sunni, Adabus Sami’ War Rowi karya Imam Khothib dan kitab-kitab lainnya.
Sumber : http://www.fikihkontemporer.com/
No comments:
Post a Comment