Biografi Imam Nawawi ( 1 )

Nama asli beliau adalah Yahya, nama kunyah beliau Abu Zakaria, meskipun beliau tak memiliki anak bernama Zakaria, sebab beliau tidak menikah sampai wafat, sedangkan nama julukan yang diberikan kepada beliau adalah “Muhyiddin” (Orang yang menghidupkan agama), meskipun beliau tidak suka dengan julukan tersebut, sebagai sikap kerendahan hati beliau dan karena takut pada Alloh yang telah berfirman dalam Al-Qur’an :
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (Q.S. An-Najm : 32)
Atau karena agama Islam itu sudah hidup, tetap dan akan kekal selamanya, dan tidak membutuhkan orang yang “menghidupkannya”, bahkan beliau pernah berkata :
لا أجعل في حل من لقبني محيي الدين
“Aku tidak menghalalkan orang untuk memberikan julukan/gelar “muhyiddin” bagiku”

Nasab Imam Nawawi
Nasab Imam Nawawi adalah Abu Zakariya, Yahya bin Syarof bin Murri (Menurut Syekh Az-Zubaid “Miro”, sedankan menurut Syekh Ibrohim bin Mar’iy, “Muri”. Namun mayoritas ulama’ membacanya “Murriy”) bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jumu’ah bin Hizam Al-Hizami An-Nawawi. Ayah Imam Nawawi, yaitu Ibrohim bin Mur’iy adalah seorang pedagang yang memiliki sebuah toko, dikenal sebagai orang yang wira’i, zuhud dan masyhur akan kesalihannya.

Kelahiran Imam Nawawi
Imam Nawawi dilahirkan pada pertengahan (sebagian riwayat menyatakan pada sepuluh hari pertama) bulan Muharrom, tahun 631 Hijriah di desa Nawa, karena itulah beliau lebih didikenal dengan nama Imam Nawawi. Nawa adalah sebuah desa (kini menjadi kota) yang termasuk bagian dari provinsi Dar’a, jarak antara Nawa dan Dar’a akur 40 KM, Nawa terletak 85 KM disebelah selatan kota Damaskus, Syiria.
Perkembangan Imam Nawawi
Imam Nawawi dibesarkan dibawah asuhan dan bimbingan ayah beliau, ayah beliau adalah orang yang lebih senang tertutup dari hal-hal duniawi dan barokah rizkinya. Dibawah asuhan ayahnya beliau dididik untuk menjadi orang yang baik dan tertutup dari hal-hal yang bersifat duniawi. Imam Nawawi membaca Al-Qur’an ditoko, sambil membantu ayahnya.

Seakan-akan beliau adalah orang yang sudah dipersiapkan oleh Alloh subhanahu wata’ala untuk mengemban tugas dan pewaris ilmu, wira’i dan kebajikan para Nabi, sampai seorang pembesar ulama’ sholihin pernah mengatakan : “Semenjak dilahirkan, beliau sudah ditulis (ditakdirkan) termasuk dari golongan shodiqin (orang-orang yang lurus/benar/jujur).

Hal itu mulai nampak ketika usia 7 tahun, saat beliau tidur bersama orang tuanya pada malam ke-27 bulan Romadhon, tengah malam beliau terbangun dan membangunkan ayahnya, lalu berkata pada ayahnya; “Wahai ayahku, cahaya apa yang memenuhi rumah ini”, kemudian semua anggota keluarga Imam Nawawi pun bangun namun tak ada yang melihat cahaya itu, namun dari kisah Imam Nawawi tersebut ayahnya mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul qodar.

Saat usia beliau 10 tahun, Syekh Yasin bin yusuf Al-Marokisyi, seorang ulama’ yang masyhur akan kewaliannya lewat di desa Nawa dan melihat Imam Nawawi yang sedang bermain dengan teman-temannya, tapi teman-temannya lari meninggalkan beliau dan akhirnya menangis karena teman-temannya enggan bermain dengannya, dan dalam keadaan seperti itu Imam Nawawi lalu membaca Al-Qur’an.

Melihat kejadian itu timbul rasa cinta Syekh Yasin pada beliau, dan beliau mendapat firasat baik tentang masa depan Imam Nawawi, kemudian Syekh Yasin mendatangi guru yang mengajarkan Al-Qur’an pada Imam Nawawi,

Syekh Yasin berkata pada guru tersebut;
“Anak ini (Imam Nawawi) diharapkan akan menjadi orang yang paling ‘alim dan paling zuhud dimasanya dan akan bermanfaat bagi banyak orang”,
Mendengar ucapan itu, guru tersebut bertanya; “Apa anda seorang permal?”
Syekh Yasin menjawab; “Tidak, tapi Alloh yang membuatku berkata seperti itu”.

Perkataan Syekh Yasin itu lalu disampaikan kepada orang tua imam Nawawi, kemudian orang tuanya mendorog Imam Nawawi untuk menghatamkan Al-Qur’an dan akhirnya bisa hatam sebelum beliau mencapai usia baligh. Sebagian riwayat menyatakan bahwa Syekh yasin sendiri yang mendatangi ayah Imam Nawawi untuk memberitahukan firasatnya tersebut dan mendorong agar Imam Nawawi menghafalkan al-qur’an dan menuntut ilmu...... Bersambung di sini : Biografi Imam Nawawi ( 2 )
 

No comments:

Post a Comment