Nama asli beliau adalah Yahya, nama
kunyah beliau Abu Zakaria, meskipun beliau tak memiliki anak bernama
Zakaria, sebab beliau tidak menikah sampai wafat, sedangkan nama julukan
yang diberikan kepada beliau adalah “Muhyiddin” (Orang yang
menghidupkan agama), meskipun beliau tidak suka dengan julukan tersebut,
sebagai sikap kerendahan hati beliau dan karena takut pada Alloh yang
telah berfirman dalam Al-Qur’an :
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (Q.S. An-Najm : 32)
Atau karena agama Islam itu sudah hidup,
tetap dan akan kekal selamanya, dan tidak membutuhkan orang yang
“menghidupkannya”, bahkan beliau pernah berkata :
لا أجعل في حل من لقبني محيي الدين
“Aku tidak menghalalkan orang untuk memberikan julukan/gelar “muhyiddin” bagiku”
Nasab Imam Nawawi
Nasab Imam Nawawi adalah Abu Zakariya,
Yahya bin Syarof bin Murri (Menurut Syekh Az-Zubaid “Miro”, sedankan
menurut Syekh Ibrohim bin Mar’iy, “Muri”. Namun mayoritas ulama’
membacanya “Murriy”) bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jumu’ah bin
Hizam Al-Hizami An-Nawawi. Ayah Imam Nawawi, yaitu Ibrohim bin Mur’iy
adalah seorang pedagang yang memiliki sebuah toko, dikenal sebagai orang
yang wira’i, zuhud dan masyhur akan kesalihannya.
Kelahiran Imam Nawawi
Imam Nawawi dilahirkan pada pertengahan
(sebagian riwayat menyatakan pada sepuluh hari pertama) bulan Muharrom,
tahun 631 Hijriah di desa Nawa, karena itulah beliau lebih didikenal
dengan nama Imam Nawawi. Nawa adalah sebuah desa (kini menjadi kota)
yang termasuk bagian dari provinsi Dar’a, jarak antara Nawa dan Dar’a
akur 40 KM, Nawa terletak 85 KM disebelah selatan kota Damaskus, Syiria.
Perkembangan Imam Nawawi
Imam Nawawi dibesarkan dibawah asuhan
dan bimbingan ayah beliau, ayah beliau adalah orang yang lebih senang
tertutup dari hal-hal duniawi dan barokah rizkinya. Dibawah asuhan
ayahnya beliau dididik untuk menjadi orang yang baik dan tertutup dari
hal-hal yang bersifat duniawi. Imam Nawawi membaca Al-Qur’an ditoko,
sambil membantu ayahnya.
Seakan-akan beliau adalah orang yang
sudah dipersiapkan oleh Alloh subhanahu wata’ala untuk mengemban tugas
dan pewaris ilmu, wira’i dan kebajikan para Nabi, sampai seorang
pembesar ulama’ sholihin pernah mengatakan : “Semenjak dilahirkan,
beliau sudah ditulis (ditakdirkan) termasuk dari golongan shodiqin
(orang-orang yang lurus/benar/jujur).
Hal itu mulai nampak ketika usia 7
tahun, saat beliau tidur bersama orang tuanya pada malam ke-27 bulan
Romadhon, tengah malam beliau terbangun dan membangunkan ayahnya, lalu
berkata pada ayahnya; “Wahai ayahku, cahaya apa yang memenuhi rumah
ini”, kemudian semua anggota keluarga Imam Nawawi pun bangun namun tak
ada yang melihat cahaya itu, namun dari kisah Imam Nawawi tersebut
ayahnya mengetahui bahwa malam itu adalah malam lailatul qodar.
Saat usia beliau 10 tahun, Syekh Yasin
bin yusuf Al-Marokisyi, seorang ulama’ yang masyhur akan kewaliannya
lewat di desa Nawa dan melihat Imam Nawawi yang sedang bermain dengan
teman-temannya, tapi teman-temannya lari meninggalkan beliau dan
akhirnya menangis karena teman-temannya enggan bermain dengannya, dan
dalam keadaan seperti itu Imam Nawawi lalu membaca Al-Qur’an.
Melihat kejadian itu timbul rasa cinta
Syekh Yasin pada beliau, dan beliau mendapat firasat baik tentang masa
depan Imam Nawawi, kemudian Syekh Yasin mendatangi guru yang mengajarkan
Al-Qur’an pada Imam Nawawi,
Syekh Yasin berkata pada guru tersebut;
“Anak ini (Imam Nawawi) diharapkan akan
menjadi orang yang paling ‘alim dan paling zuhud dimasanya dan akan
bermanfaat bagi banyak orang”,
Mendengar ucapan itu, guru tersebut bertanya; “Apa anda seorang permal?”
Syekh Yasin menjawab; “Tidak, tapi Alloh yang membuatku berkata seperti itu”.
Perkataan Syekh Yasin itu lalu
disampaikan kepada orang tua imam Nawawi, kemudian orang tuanya mendorog
Imam Nawawi untuk menghatamkan Al-Qur’an dan akhirnya bisa hatam
sebelum beliau mencapai usia baligh. Sebagian riwayat menyatakan bahwa
Syekh yasin sendiri yang mendatangi ayah Imam Nawawi untuk
memberitahukan firasatnya tersebut dan mendorong agar Imam Nawawi
menghafalkan al-qur’an dan menuntut ilmu...... Bersambung di sini : Biografi Imam Nawawi ( 2 )
No comments:
Post a Comment