Islam terus bersemai di o Pais do Futebol atau negara sepak bola, sebutan yang disematkan oleh dunia untuk
Brasil. Ini terlihat dari meningkatnya populasi Muslim di negara yang
mayoritas atau sebanyak 74 persen dari total penduduknya adalah penganut
Katolik itu.
Sensus Nasional Brasil pada 2010 menyebutkan,
terdapat sekitar 35 ribu Muslim, terutama terkonsentrasi di Sao Paulo
dan Parana. Angka ini menngalami peningkatan jika dibandingkan dengan
statistic pada 1990 dan 2000, yaitu masing-masing sebanyak 22.450 dan
27.239 jiwa Muslim.
Menariknya, tren baru menunjukkan peningkatan mualaf di kalangan
warga lokal. Laporan Biro Pusat Internasional Demokrasi, HAM, dan Agama
pada 2009 mengungkapkan bahwa ada hampir 10 ribu mualaf lokal di negara
dengan luas wilayah dan populasi terbesar di Amerika Selatan itu.
Selama 30 tahun terakhir, Islam semakin
terlihat di masyarakat Brasil. Umat Islam tidak hanya mengalami jumlah
peningkatan, tapi mereka juga membangun pusat-pusat keislaman, seperti
masjid, perpustakaan, pusat seni, sekolah, serta lembaga pendanaan
Alquran.
Keberadaan masjid-masjid besar di negara yang terletak di bagian
paling timur Benua Amerika dan dan berbatasan dengan Pegunungan Andes
dan Samudra Atlantik itu, tak lepas dari bantuan asing dan penggalangan
donasi di komunitas Muslim. Pemandangan ini memang banyak didapati di
sejumlah Masjid di wilayah Amerika Selatan.
Imam masjid dipilih bersama oleh Komite Manajemen Masjid. Arab Saudi
memberikan donasi pendanaan untuk jasa mereka. Menurut Ismail Hatia,
warga Afrika Selatan yang datang ke Brasil pada 1956, dia telah
membangun masjid di Campinas beberapa tahun lalu dan juga sekolah
bahasa.
Menurut Hatia, sekitar 50 keluarga Muslim di Campinas membutuhkan
organisasi masyarakat untuk membantu memberikan kohesi dan arah bagi
umat Islam. Masjid Campinas sekarang melaksanakan shalat Jumat bagi
Muslim setempat.
Islamofobia
Di tengah-tengah geliat Islam di Brasil, bayang-bayang Islamofobia
kian mengkhawatirkan. Pada 2015, serangan tersebut tampak menunjukkan
eskalasinya. Terutama, sehari setelah aksi penembakan brutal di Charlie
Hebdo, Paris, Prancis, pada Januari 2015.
Akibatnya, masjid terbesar Sao Paulo dirusak
dengan graffiti "Je Suis Charlie". Selain itu, juga terdapat aksi
pelemparan batu kepada seorang profesor di teater Muslim, Sarah Ghuraba.
Koordinator Pusat untuk Kebebasan Beragama dan Hak Asasi Manusia
(CEPLIR) Lorrama Machado mengatakan, pascainsiden Charlie Hebdo,
serangan kepada umat Islam di Brasil meningkat dari serangan lisan
menjadi serangan fisik.
Menurut Machado, pada 2015, kasus Islamofobia naik 500 persen
secara nasional dari 2014. Peningkatan ini terjadi karena adanya
pemberitaan tentang Islam di media yang sering menyudutkan umat Islam di
Brasil adalah negara yang paling banyak menjuarai Piala Dunia, yaitu
sebanyak lima kali
No comments:
Post a Comment