Doa kok Maksa?



Namanya lajang, saban kali bertemu teman pertanyaan “Kapan nikah?” tak terelakkan. Seperti hari itu ketika seorang teman bertanya ,“Kapan married-nya, nih?”

Saya tersenyum saja. Masih mencari jawaban saat ia menambahi dengan pertanyaan berikutnya ,”Enggak, kamu kok belum ketemu jodoh juga? Mungkin doanya kurang kenceng kali.”

Saya diam. Merenung-renung sambil bergumam ,”Bisa jadi”.

Lain hari ada yang lebih sadis lagi, “Mungkin kamu itu doanya kurang maksa. Mosok dari dulu kok nggak dikasih-kasih juga. Bilang gini lho “Ya Allah, dekatkanlah aku dengannya. Kalau dia bukan jodohku, tolong jangan beri dia jodoh selain aku’. Geber terus saban hari, mosok sih Dia nggak kasihan sama kamu.”
Jreeng!

Saya jadi garuk-garuk kepala (kepala sendiri lho, bukan milik tetangga). Nggak sih, itu doa apa maksa? Kok sampai begitu rupa mintanya.

Jujur saja, sebagai manusia biasa bukan tidak pernah pikiran gila itu terlintas di kepala. Tetapi, setiap kali saya melakukannya yang ada malah nyengir kuda. Lha iya, saya ini siapa sampai berani memaksa Allah sedemikian rupa? Saya hanya orang biasa, yang ngajinya ala kadar, sholat pun masih bolong tak karuan. Masa dengan prestasi segitu saja sudah berani maksa?

Dalam adab berdoa selain waktu yang tepat, keadaan yang mustajab, menghadap kiblat dengan tangan diangkat, suara lirih, mengulang-ulangnya, yakin doa dikabulkan—bukankah sudah diajarkan agar kita merendahkan diri dan tidak tergesa-gesa?

Dari situ sudah jelas bahwa memaksa Allah dalam berdoa tak dapat digolongkan sebagai tindakan merendahkan diri, meskipun niatnya untuk kebaikan. Bahkan bisa dikatakan perbuatan tersebut sebagai sikap berlebih-lebihan. Terkait dengan hal itu Allah berfirman dalam Al A’raaf 55 yang bunyinya ,”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”

Ah, namanya juga usaha…boleh dong maksa?

Oke, oke. Sebelum proses memaksa dilanjutkan mari kita bertanya, “kenapa kita sih harus berdoa?”

Jawabannya karena doa tak sekedar seruan meminta, tetapi juga sarana komunikasi manusia dengan Tuhan-Nya. Mendekatkan kita lewat “curhat-curhat” yang kita sampaikan pada Allah setiap hari. Sekaligus mengingatkan bahwa manusia ia memiliki ketergantungan pada Allah yang Esa. Bagaimana tidak bila sesungguhnya semua yang kita punya ini adalah pemberian-Nya? Termasuk jodoh yang kita pinta.

Waduh, doa pake maksa saja lama terkabulnya apalagi ndak maksa!

Hahaha, doa ya doa saja. Perkara terkabul tidaknya itu kan hak prerogatif Allah. Dalam artian, doa akan terkabul jika Allah menilai itu baik bagi kita. Kalau kata guru saya, Allah mengabulkan doa kita bak mengabulkan doa orang yang sakit maag. Saat kau sakit maag dan berkeras ingin menikmati buah jeruk, dokter pasti melarang. Kenapa? Karena dokter tahu, jeruk hanya baik untuk mulut tapi tidak baik untuk perut. Jika berkeras bagaimana? Ya, silakan saja asal resiko tanggung penumpang ya.

Lha tapi nyatanya kamu, penganut aliran doa lempeng-lempeng aja, harapannya nggak terkabul juga?

Siapa yang tahu perkara itu? Bisa jadi Allah mengabulkan dalam bentuk lain, seperti dihindarkan dari keburukan atau disimpan sebagai bekal pahala di akhirat. Atau bisa juga Allah sedang menguji kesabaran, membuat kita menunggu sedikit lebih lama hingga kita terhindar dari sifat tergesa-gesa. Sebab ketergesaan sesungguhnya membawa keburukan. Ketika doa tak kunjung dikabulkan perasaan malas pun datang. Lalu menganggap Allah tidak cinta, yang pada akhirnya membuyarkan keteguhan kita dalam berdoa. Tak hanya itu, Allah membuat kita menunggu karena Ia tahu segala sesuatu yang mudah didapat kerap membikin manusia lupa.

Hanya saja sebagai manusia seperti kita ini banyak dodolnya. Tidak mampu membaca atau menerka maksud Allah di balik satu perisitwa, dalam hal ini belum terkabulnya doa. Kebanyakan sih gagal paham dan berakhir dengan menggerutui Allah panjang lebar.

Jadi gimana dong, tetap nggak mau maksa?

Nggak ah, biarlah saya berdoa seperti biasa. Doa minta jodoh yang diajarkan guru atau buku doa yang saya baca tanpa embel-embel “Kalau dia bukan jodohku, tolong jangan beri dia jodoh selain aku”. Karena saya sadar belum tentu sanggup melampaui ujian jika benar “doa maksa” macam itu dikabulkan.

Sumber

No comments:

Post a Comment