Etnis Minoritas di China kebanyakan berada di 5 daerah
otonomi yang berpenduduk etnis minoritas yaitu Xinjiang, Tibet, Mongolia Dalam,
Guangxi dan Ningxia Hui. Salah satu dari etnis minoritas itu ialah etnis Hui
yang memeluk agama Islam. Bagaimana kehidupan mereka?
Yuk kita lihat.
Siapakah Mereka?
Suku Hui (Hanzi: 回族, hanyu pinyin: hui zu) adalah salah satu
suku dari lima suku terbesar di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini memeluk
agama Islam dan tersebar di hampir seluruh provinsi di Tiongkok, namun
terkonsentrasi di Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan dan Qinghai. Ningxia sendiri
adalah daerah otonomi bagi suku muslim Hui.
Suku Hui |
Dimanakah Ningxia?
Letaknya memang kecil. Daerah yang memiliki luas sekitar
66.400 meter persegi ini memiliki musim dingin yang panjang yaitu 6 bulan. Hawa
terdingin pada bulan Januari berkisar minus 10 derajat Celcius dan terhangat 24
derajat Celcius. Meski dingin, angin terasa kering yang membawa debu-debu dari
gurun pasir. Jadi, Ningxia ini
seperti Daerah Istimewa Jogjakarta yang punya otonomi khusus mengurus daerahnya
sendiri dan urusannya sendiri.
Sespesial apa sih gan
Ningxia ini?
Lihat aja nih, foto-fotonya
Etnis Hui Berbondong-bondong ke Masjid Nanguan, di Ibukota Ningxia di Yinchuan |
Nongkrong dulu yaa |
Mereka juga melakukan shalat berjamaah |
Masjid Nanguan dari dekat |
Mereka menjemur cabe merah di atas masjid Nanguan untuk Idul Adha |
Masjid Hui |
Masjid Hui |
Ternyata, mulai dari tahun 2010, pemerintah Ningxia
memutuskan hari libur resmi untuk Idul Fitri selama dua hari untuk penganut
muslim di Ningxia.
Gak nyangka kan ?
Ini dapet videonya
juga
Sejarahnya gimana nih
?
Suku Hui sendiri adalah hasil asimilasi dan merupakan
keturunan dari suku Han dengan bangsa Persia dan Arab sejak zaman Dinasti Tang.
Sekitar abad ke-7, para pedagang Persia dan Arab mulai memenuhi kantung-kantung
perdagangan Tiongkok. Yang datang melalui Jalan Sutra, biasanya menetap di
Chang'an dan sekitarnya, sedangkan yang datang melalui jalan laut menetap di
daerah Quanzhou dan Zhangzhou di pesisir Fujian. Mereka inilah kemudian
berasimilasi dengan suku Han dan menurunkan suku Hui yang sekarang tersebar di
seluruh Tiongkok ini.
Iya ya, secara fisik
mereka mirip dengan Kebanyakan orang china
Secara fisik, suku Hui tidak
berbeda dengan suku Han; yang berbeda hanya cara hidup mereka yang beragama
Islam, menjalankan syariah Islam namun bergaya Konfusianis. Hal ini membedakan
mereka daripada suku Uygur, yang sama-sama memeluk agama Islam namun lebih bernafaskan
Islam Asia Tengah.
Jadi tata hidup
mereka berdasarkan syariah?
Suku Hui mayoritas memeluk agama Islam dan memiliki 3
perayaan terpenting sepanjang tahun, yaitu Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid
Nabi. Mesjid banyak dibangun dan menjadi pusat tempat beribadah, berinteraksi
dan bermasyarakat di kalangan Suku Hui. Selain untuk tempat beribadah,
mesjid-mesjid digunakan untuk tempat menyebarkan dan mendalami agama Islam yang
mereka anut. Tata kehidupan Suku Hui sungguh menjunjung tinggi nilai-nilai Islam
termasuk dalam hal makanannya yang mengharamkan daging babi, yang tentu bukan
hal yang mudah di negeri yang justru mayoritas penduduknya mengonsumsi daging
babi. Jadi gak semua orang china makan babi ya ... Itu stereotip
Bukannya China itu
komunis?
Partai Komunis China yang berkuasa mengakui 5 agama yaitu
Islam, Kristen, Katolik, Tao dan Buddha. Sejak Tiongkok berdiri, kepentingan
Muslim dilindungi dan sudah masuk dalam UUD. Meski China negeri non-muslim,
tapi kepentingan Muslim dilindungi pemerintah pusat dan lokal.
Muslim setempat juga ternyata memiliki nama Islam selain
nama China. Nama Islam itu lazimnya diberikan oleh imam masjid kepada bayi yang
baru lahir. Misalnya Suyang yang mendapat nama Islam, Yusuf.
Dan, fakta yang membuat tercengang lagi adalah di Ningxia terdapat
sekitar 4.000 masjid !!.
Pemerintahnya
bagaimana?
Pejabat di daerah otonomi Ningxia tersebut, harus berasal
dari etnis Hui tersebut. Misalnya saja, Ketua Daerah Otonomi Ningxua Hui
(setara gubernur), beragama Islam. Demikian juga Walikota Yinchuan, ibukota
Ningxia Hui, juga beragama Islam. Jadi, semuanya berdasarkan syariah.
Memang berapa banyak penduduk Ningxia?
Terkait pertumbuhan Muslim di Ningxia, ketika RRT berdiri
pada 1949, jumlah warga Ningxia 750 ribu orang dan sebanyak 400 ribu di
antaranya beragama Islam. Ketika Ningxia Hui menjadi daerah otonomi pada 1958,
jumlah penduduknya menjadi 1,5 juta. Awal tahun 2012 saja, jumlah penduduk 6,3
juta dan 2,2 di antaranya Muslim (34%). Jadi pemeluknya naik 3 kali lipat.
Apalagi yang
membuat Ningxia unik?
Penampilannya mereka tentunya khas, lelakinya berkopiah
putih serta sebagian berjanggut dan perempuannya kebanyakan berjilbab.
Mereka ingin menunaikan Haji |
Di kota-kota besar mereka berjualan makanan atau membuka
usaha warung dan restoran. Ada ciri khas bertuliskan Arab di pintu depan
warung/resto mereka berdampingan dengan tulisan kanji (Pinyin: qing zhen, baca:
jing cen) yang artinya sama, yaitu halal.
Contoh logo Mandarinnya "Halal" |
Selain itu, mereka punya makanan unik yang namanya
"Sanzi". Makanan ini dibuat dari bakmi yang digoreng kering.
Sanzi |
Lasksamana Cheng Ho
Ada satu tokoh terkenal yang ternyata adalah berasal dari
etnis Hui ini loh, gan. Ia adalah Laksamana Cheng Ho. Cheng Ho adalah
penjelajah yang telah melakukan ekspedisi ke berbagai daerah di Asia dan
Afrika.
Cheng Ho adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang
kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar
ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan
sebutan Ma Sanbao (馬 三保)/Sam Po Bo, berasal dari provinsi Yunnan. Ketika
pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan
orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip
dengan suku Han, namun beragama Islam.
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh
kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa "Cakra
Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh. Di
bagian luar terukir hiasan dan tulisan Arab juga China.
Bel Cakra Donya pemberian Laksamana Cheng Ho ke Sultan Aceh |
Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon), dan
menghadiahi beberapa cindera mata khas Tiongkok kepada Sultan Cirebon. Salah
satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan
di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pernah dalam perjalanannya melalui Laut Jawa, Wang Jinghong
(orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai
Simongan, Semarang, dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara
lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar
Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Cheng Ho juga sempat berkunjung ke Kerajaan
Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardhana.
Sam Po Kong di Semarang |
Indonesia juga pernah membuat perangko seri peringatan 600
tahun pelayaran Laksamana Cheng Ho loh, .. Lihat deh!!
Nah, sekian kisah tentang kehidupan etnis Hui di China.
No comments:
Post a Comment